PENYU HIJAU
Badan ditutupi oleh rangka dari tulang
yang tebal di bagian punggung. Ketebalannya tergantung dari umurnya. Kepala
seperti kepala burung kakatua dengan mata menonjol di bagian kiri dan kanan.
Mulut seperti paruh kakatua dan terbuat dari tulang. Kaki depan melengkung,
lebar dan pipih. Kaki belakang pendek dan melebar serta ujungnya beralur.
Kepala dan kaki ditutupi oleh selapis tulang yang tipis dan tulang tersebut
merupakan kotak-kotak yang disatukan. Ekornya kecil. Perbedaan khas dengan
kura-kura ialah kepalanya tidak dapat ditarik masuk ke dalam cangkang. Perisai
punggung, terdiri dari kotak-kotak yang bagus bentuknya dan saling merekat
dengan kuat. Pada bagian tengah agak kecil, ke samping besar dan yang tepi
kecil sekali. Warna perisai coklat kekuning-kuningan sedang kepala, kaki dan
badan hijau kecoklatan. Bagian bawah (perut dan dada) berwarna putih dan agak
keras.
Ukuran : Panjang dari
kepala sampai ekor dapat mencapai 2 m, tetapi biasanya yang telah bertelur
panjangnya 75-100 cm. Lebar antara 50-60 cm
- Ciri fisik : Kuning kehijauan
- Habitat : Perairan beriklim sedang dan
wilayah tropis
- Makanan : Lamun atau Algae
- Populasi : Pesisir Afrika, India, Asia
Tenggara, Australia dan Kep.Pasif
- Dewasa
: panjang 80-120 cm berat
300 kg
- Bereproduksi
: Setiap 2-4 tahun
- Diburu
untuk dikonsumsi dagingnya
Anatomi
Penyu hijau diberi nama karena warna kulitnya
yang kehijauan. Sedangkan cangkangnya biasanya berwarna cokelat atau olive.
Penyu hijau merupakan salah jenis satu penyu laut terbesar di dunia, bobotnya
mencapai lebih dari 300 kg. Penyu hijau memiliki kepala yang kecil, dan tidak
dapat ditarik masuk ke cangkang. Cangkangnya memiliki bentuk mirip organ
jantung yang panjangnya mencapai 1,5 m. Cangkangnya lebar dan memiliki
permukaan halus. Penyu hijau jantan sedikit lebih besar dari penyu hijau
betina. Penyu hijau jantan juga memiliki ekor yang lebih panjang dari penyu
hijau betina. Penyu hijau memiliki sirip mirip dayung, yang membantunya
berenang dengan kuat dan gemulai. Hewan ini biasanya berenang dengan kecepatan
2 – 3 km/jam.
Makanan
Berbeda dengan kebanyakan penyu laut, penyu
hijau adalah hewan herbivora (pemakan tumbuhan) yang memakan rerumputan laut
dan ganggang (alga) laut. Namun penyu hijau yang masih kecil memakan
invertebrata seperti kepiting, ubur-ubur, dan sepon laut.
Perilaku
Kebanyakan jenis penyu laut menghangatkan
diri dengan berenang dekat permukaan air. Penyu hijau Pasifik Timur biasa naik
ke darat untuk berjemur.
Tidak banyak jenis penyu yang biasa naik ke
daratan kecuali pada saat bertelur.
Penyu hijau menghabiskan sebagian besar
waktunya di dalam air, tetapi harus menghirup udara untuk melakukan
aktivitasnya. Satwa ini dapat menghirup dan mengeluarkan udara dengan sangat
cepat untuk mengganti oksigen dalam paru-parunya. Saat melakukan aktivitas,
misalnya mencari makanan, penyu hijau menyelam selama empat sampai lima menit,
dan naik ke permukaan air untuk menghirup udara satu sampai tiga detik. Saat
istirahat atau tidur, penyu dapat tahan dalam air selama beberapa jam.
Habitat
Penyu hijau berada di perairan pantai tropis
dan subtropis di seluruh dunia. Penyu ini kadang-kadang merangkak ke daratan
pantai untuk berjemur. Ada dua jenis penyu hijau yaitu Penyu Hijau Atlantik
yang biasanya terdapat di pantai Eropa dan Amerika Utara, dan penyu hijau
Pasifik Timur yang terdapat di pantai-pantai dari Alaska sampai Chile.
Reproduksi
Masa kawin terjadi setiap dua sampai empat
tahun sekali. Penyu hijau, seperti kebanyakan jenis penyu, melakukan migrasi
yang jauh dari tempat mencari makan ke tempat bertelur. Penyu ini bertelur di
daratan pantai berpasir. Untuk bertelur, penyu betina meninggalkan laut dan
berjalan ke daratan untuk memilih tempat bertelur di pasir. Penyu bentina akan
menggali lubang di pasir menggunakan siripnya, lalu bertelur di lubang tersebut
sebanyak 100 sampai 200 butir. Setelah bertelur penyu betina akan menutup
kembali lubang tersebut dengan pasir dan kembali ke laut. Telur tersebut
dibiarkan menetas sendiri selama sekitar dua bulan kemudian. Setelah menetas
bayi-bayi penyu harus menempuh sendiri perjalanan menuju pantai. Ini merupakan
masa yang paling berbahaya bagi bayi penyu hijau, karena banyaknya predator
seperti kepiting, burung camar, dan burung-burung karnivora lainnya.
StatusKonservasi
Penyu hijau termasuk satwa yang dilindungi
sehingga tidak boleh ditangkap atau dibunuh. Penyu hijau terdaftar sebagai
spesies fauna yang terancam punah. Penyu hijau banyak diburu untuk diambil
dagingnya. Telur penyu ini juga banyak diminati untuk dikonsumsi. Penyu hijau
juga semakin terdesak karena kerusakan habitat dan semakin berkurangnya lahan
untuk bertelur di alam.
Taksonomi
Klasifikasi
Kerajaan: Animalia,
Filum: Chordata,
Kelas: Reptilia,
Ordo: Testudines,
Sub-ordo: Cryptodira,
Famili: Cheloniidae,
Genus: Chelonia,
Species: Nama binomial (nama latin): Chelonia
mydas
Ancaman
* Hilang dan rusaknya habitat
* Hilang dan rusaknya habitat
Pembangunan yang tidak terkendali menyebabkan rusaknya pantai-pantai yang
penting bagi penyu hijau untuk bertelur. Demikian juga habitat tempat penyu
hijau mencari makan seperti terumbu karang dan hamparan lamun laut terus
mengalami kerusakan akibat sedimentasi atau pun pengrusakan oleh manusia.
*
Pengambilan secara langsung
Para peneliti memperkirakan setiap tahun sekitar 30.000 penyu hijau ditangkap
di Baja, Kalifornia dan lebih dari 50.000 penyu laut dibunuh di kawasan Asia
Tenggara (khususnya di Bali, Indonesia) dan di Pasifik Selatan.
Di banyak negara, anak-anak penyu laut ditangkap, diawetkan dan dijual sebagai
cendera mata kepada wisatawan. .
* Pengambilan secara tidak langsung
Setiap tahu, ribuan penyi hijau terperangkap dalam jaring penangkap. Penyu laut
merupakan reptile dan mereka bernafas dengan paru-paru, sehingga saat mereka
gagal untuk mencapai permukaan laut mereka mati karena tenggelam.
*
Penyakit
Di sejumlah kepulauan Hawai, hampir 70% dari penyu hijau yang terdampar,
terkena fibropapillomas, penaykit tumor yang dapat membunuh penyu laut. Saat
ini, penyebab tumor belum diketahui.
* Pemangsa Alami
Penyu laut dapat mengeluarkan lebih dari 150 telur per sarang dan bertelur
beberapa kali selama musimnya, agar semakin banyak penyu yang berhasil mencapai
tingkat dewasa. Keseimbangan antara penyu laut dan pemangsanya dapat menjadi
lawan bagi keberlanjutan hidup penyu saat pemangsa baru diintroduksi atau jika
pemangsa alami tiba-tiba meningkat sebagai hasil dari kegiatan manusia. Seperti
yang terjadi di pantai perteluran di Guianas, kini anjing menjadi ancaman utama
bagi telur dan penetasan.
Tentu saja, penyu hijau memiliki beberapa
manfaat, alias bisa dikomersialisasikan. Dengan cara menguliti dagingnya,
karena daging penyu hijau itu ternyata bisa dikonsumsi oleh manusia. Maka tidak
heran, bila ada yang memperdagangkan daging penyu hijau ini. Jika dagingnya
dapat dikonsumsi, maka cangkangnya pun juga memiliki manfaat lainnya, yaitu
dijadikan hiasan atau souvenir. Jika kita bicara hiasan atau souvenir, maka
‘sasaran tembak’ kita adalah tempat wisata laut atau pantai dimana para
pedagang setempat menjajakan cangkang penyu ini untuk dijadikan souvenir atau
oleh-oleh asli daerah tersebut. Dan memang itu adalah kenyataan yang terjadi,
tapi tidak semua tempat wisata laut atau pantai.
Di sisi lain, penyu hijau ini juga dijadikan
pelengkap upacara di Bali. Upacara itu bernama Pedudusan Agung dan Macaru. Dan
untuk yang satu ini, masih diperbolehkan. Dengan syarat harus terlebih dahulu
mengajukan surat rekomendasi dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali,
dan juga harus mendapat persetujuan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Berdasarkan kesepakatan PHDI Bali, penyu hijau yang akan digunakan untuk
upacara ini yang berukuran kecil sekitar 40 cm, dan tidak boleh diambil langsung
dari alam, tetapi dari penangkaran. Jadi penyu hijau dewasa yang sudah
berukuran besar bisa melakukan proses perkembang-biakan, dan menelurkan sel
telur baru.
Meskipun begitu, secara langsung aku juga
lega bahwa selama 6 tahun kedepan dari tahun 2006, ternyata penyu hijau ini
belum punah. Dan masih bisa kita lihat sampai sekarang, contohnya warga Bantul
diatas. Dan terlebih-lebih, banyak orang yang juga sudah tersadar akan populasi
penyu hijau yang menurun tapi segera bertindak cepat dengan melakukan pelestarian.
Entah dengan melakukan perkembang-biakan telur-telur penyu hijau, atau cara
lain sebagainya. Setelah dirasa cukup dewasa, maka seklompok penyu hijau itu
dilepas ke laut. Ini baru daerah Bantul saja yang terekspos di media yang
melakukan pelestarian penyu hijau, belum di daerah lainnya yang mungkin juga
melakukan hal yang sama, melakukan pelepasan penyu hijau ke laut. Semoga akan
ada banyak daerah yang melakukan kegiatan serupa, dan dengan ini diharapkan
populasi penyu hijau ini bisa bertambah dan pada akhirnya bisa menyeimbangkan
rantai makanan yang telah ada di laut.
sumber : search google
No comments:
Post a Comment